Bakamla mengumumkan pada hari Selasa bahwa mereka telah menyita kapal tanker MT. Arman 114 berbendera Iran yang diduga terlibat dalam pengiriman ilegal minyak mentah.
Dikutip dari media Reuters, diberitakan kapal MT Arman 114 mengangkut 272.569 metrik ton minyak mentah ringan senilai 4,6 triliun rupiah ($304 juta) ketika disita minggu lalu, kata otoritas Indonesia.
Kapal pengangkut curah minyak (VLCC) ini diduga melakukan transfer minyak ke kapal lain tanpa izin pada hari Jumat, kata badan keamanan maritim negara Asia Tenggara ini.
Kapal tersebut ditangkap setelah terlihat di Laut Natuna Utara Indonesia, sedang melakukan transfer minyak kapal ke kapal dengan MT S Tinos berbendera Kamerun, kata Kepala badan tersebut, Aan Kurnia.
"MT Arman memalsukan sistem identifikasi otomatis (AIS) mereka untuk menunjukkan posisinya berada di Laut Merah, tetapi pada kenyataannya mereka berada di sini," kata Aan kepada wartawan.
"Jadi tampaknya mereka sudah memiliki niat jahat," tambah Aan, sambil menyebutkan bahwa kapal tersebut juga membuang minyak ke laut, melanggar hukum lingkungan Indonesia.
Operator kapal-kapal tersebut tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar. Bersama dengan kapal Arman, otoritas juga menahan Nakhoda asal Mesir, 28 awak kapal, dan tiga penumpang yang merupakan keluarga seorang petugas keamanan di kapal tersebut, kata badan tersebut.
Setelah kedua kapal tanker tersebut mencoba melarikan diri, otoritas memfokuskan pengejaran mereka pada kapal Arman, dengan bantuan otoritas Malaysia ketika kapal tersebut memasuki perairan mereka, kata Aan.
Tinos seharusnya telah di scrapped pada tahun 2018, tambahnya. Kapal tersebut dibangun pada tahun 1999 sementara kapal Arman dibangun pada tahun 1997, menurut basis data pelayaran Equasis.
Data terpisah di Equasis dan perusahaan analitik data MarineTraffic menunjukkan bahwa salah satu nama sebelumnya dari kapal Arman 114 adalah Grace 1.
Grace 1 disita oleh komando Marinir Kerajaan Inggris pada bulan Juli 2019 dengan dugaan mencoba membawa minyak ke Suriah melanggar sanksi Uni Eropa.
Kapal tersebut dibebaskan pada bulan berikutnya setelah adanya ketegangan diplomatik dengan negara-negara Barat.
Analisis Reuters tahun ini menunjukkan adanya "armada bayangan" kapal tanker yang membawa minyak dari Iran, Rusia, dan Venezuela yang dihukum melakukan transfer muatan di Selat Singapura untuk menghindari pendeteksian.
Risiko tumpahan minyak dan kecelakaan semakin meningkat seiring bergabungnya ratusan kapal tambahan, beberapa di antaranya tanpa perlindungan asuransi, dalam perdagangan paralel yang tidak transparan selama beberapa tahun terakhir.
Aan berjanji bahwa Bakamla, dengan bantuan otoritas lainnya, akan memperkuat patroli di perairannya.
Indonesia adalah kepulauan terbesar di dunia dengan sekitar 17.000 pulau. "Kita harus tegas, kuat," katanya. "Harus ada efek pencegahan agar hal ini tidak terjadi lagi." Pada tahun 2021, Indonesia menyita kapal bendera Iran dan Panama atas tuduhan serupa.
Nakboda kedua kapal tersebut dijatuhi hukuman percobaan selama dua tahun oleh pengadilan di Indonesia.
Sumber: Reuters