Ilustrasi: Ocean Tug Nantuo 195 |
Dua kapal militer China telah tiba perairan Laut Bali untuk membantu menyelamatkan puing-puing kapal selam Indonesia KRI Namggala 402 yang tenggelam bulan lalu dengan 53 awak di dalamnya.
Dua dari tiga Kapal Tentara Pembebasan Rakyat Angkatan Laut China yang akan berpartisipasi dalam upaya untuk membawa potongan-potongan dari KRI Nanggala-402, yang kecelakaan ditemukan setengah mil di bawah laut, tiba sehari sebelumnya, kata juru bicara Angkatan Laut Laksma Julius Widjojono.
Dilansir dari BenarNews, "Kapal Angkatan Laut China Ocean Tug Nantuo-195 dan Penyelamatan Laut China Yongxing Dao-863 telah tiba di Indonesia, di perairan Bali, pada hari Minggu," kata Julius.
"Kapal lainnya, Scientific Salvage Tan Suo 2, sedang dalam perjalanan ke Indonesia."
Yongxing Dao dilengkapi dengan robot bawah air dan teknologi sonar dan dapat mengangkat objek sedalam 4.500 meter (14.760 kaki), kata Julius.
Kapal-kapal angkatan laut China diberangkatkan setelah Duta Besar Beijing untuk Jakarta, Xiao Qian, menawarkan bantuan kepada Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto.
Tawaran bantuan kemanusiaan disambut baik oleh pemerintah Indonesia, katanya dalam sebuah pernyataan.
Juru bicara angkatan bersenjata Indonesia, Kolonel Djawara Whimbo, mengatakan kapal-kapal China akan melakukan operasi untuk mengangkat lambung kapal bagian terberat dari kapal selam yang tenggelam itu.
“Mudah-mudahan peralatan tersebut memadai untuk melakukan operasi pemulihan segera,” ujarnya kepada BeritaBenar.
Dasar laut di lepas Bali memiliki lereng yang curam. Laut Bali memiliki kedalaman maksimum 1.590 m (5.216 kaki).
Kapal selam itu ditemukan pecah menjadi setidaknya tiga bagian, pada kedalaman sekitar 840 meter (2.756 kaki), pada 25 April setelah upaya pencarian yang melibatkan kapal dan pesawat dari Singapura, Australia, Malaysia, India, dan Amerika Serikat.
Wakil Laksamana Muhammad Ali, mantan komandan Nanggala-402, mengatakan dalam sebuah pernyataan pekan lalu bahwa gelombang bawah air mungkin telah menyebabkan kapal selam itu tenggelam.
Dia mengatakan gerakan kuat, yang dikenal sebagai gelombang soliter internal nonlinier samudera, mungkin telah menarik kapal secara vertikal dan menyebabkannya tenggelam lebih cepat dari yang seharusnya.
Juga minggu lalu, surat kabar The Straits Times mengutip dua pejabat senior angkatan laut Indonesia yang mengatakan bahwa gelombang internal yang kuat di tempat kapal selam itu hilang pada 21 April ditangkap dalam laporan gambar dari hari yang sama oleh satelit cuaca Jepang dan Eropa.
Pada 25 April, ketika angkatan laut mengumumkan bahwa kapal selam itu ditemukan rusak di dasar laut dan menyatakan semua 53 pelautnya tewas, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono Yudo mengatakan penyebab kecelakaan itu tidak mungkin karena kesalahan manusia.
“Penyelaman itu dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar. Ini akan diselidiki dan kita cari tahu setelah lambungnya diangkat, ”ujarnya kepada wartawan saat itu.
“Saya yakin ini bukan kesalahan manusia melainkan faktor alamiah,” tambahnya.
Pada hari Jumat lalu, TNI AL dan kerabat awak kapal selam berdoa dan melakukan tabur bunga ke laut untuk memberi penghormatan terakhir kepada para pelaut yang gugur, dalam sebuah upacara di atas kapal rumah sakit angkatan laut yang dipimpin oleh Yudo.
Tak satu pun jasad para pelaut yang gugur ditemukan. ( Sumber BenarNews)