Balikpapan 4 November 2020
Catatan Capt. Zaenal A Hasibuan
Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai oleh Heinrich Roth (1620-1668) dan Johann Ernst Hanxleden (1681-1731) dan dilanjutkan dengan proposal rumpun bahasa Indo Eropa oleh Sir William Jones. Hal ini memainkan peran penting pada ilmu perbandingan bahasa dunia.
Sir William Jones pernah berceramah pada Asiatic Society of Bengal di Calcutta 2 Februari 1786 berkata; "Bahasa Sanskerta, bagaimanapun kekunoannya, memiliki struktur yang menakjubkan; lebih sempurna daripada bahasa Yunani, lebih luas daripada bahasa Latin dan lebih halus dan berbudaya daripada keduanya, tetapi memiliki keterkaitan yang lebih erat pada keduanya, baik dalam bentuk akar kata-kata kerja maupun bentuk tata bahasa, yang tak mungkin terjadi hanya secara kebetulan; sangat eratlah keterkaitan ini sehingga tak ada seorang ahli bahasa yang bisa meneliti ketiganya, tanpa percaya bahwa mereka muncul dari sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak ada."
Akademi Ilmu Pelayaran (AIP/PLAP/STIP) memiliki motto yang berasal dari bahasa
Sansekerta, walaupun jika dicari dari kumpulan bahasa Sansekerta yang ada di Indonesia
tidak akan ditemukan artinya. Tetapi apabila kita menelusuri sejarah pelayaran
dari jaman Romawi dan Sriwijaya, maka arti tersebut bisa didapat dari jejak
sejarah bangsa Indonesia dan kaitannya dengan dunia perdagangan antar negara
dimasa tersebut.
Kita tahu bahwa motto Nauyanam Avasyabhavi, Jivanam Anavasyabhavi dipakai sebagai
pasangan dari logo AIP. Ini tercatat di beberapa artikel bahwa pada tanggal 27 Februari 1957, saat diresmikan oleh
Presiden Republik Indonesia, AIP masih memiliki motto peninggalan Belanda (eks
Prancis, eks Romawi) yang tertulis navigare necesse
est, vivere non est necesse. Pada kesempatan ramah tamah dengan anggota senat
diruangan Senat COMAIP, Presiden Soekarno meminta untuk menggantinya dengan bahasa
sansekerta, maka jadilah motto tersebut menjadi Nauyanam Avasyabhavi Jivanam Anavasyabhavi.
Apabila menilik ke sejarah pelayaran dunia, Ada kalimat epik yang dipakai
sebagai penyemangat pelaut dimasa dahulu, misalnya kalimat yang dicapkan Pompey
The Great (Gnaeus Pompeius Magnus)
yang hidup antara 29 September 106 sebelum Masehi sampai 28 September 48
sebelum Masehi.
Saat itu pada tahun 56 sebelum Masehi Pompey yang berusia 50 tahun memimpin
pasukannya untuk kembali ke Romawi membawa bahan makanan dengan kapal, terjadi badai besar dan
terlihat captain kapal sedikit takut untuk berlayar. Disitulah dia meneriakkan
kalimat ;
Pleîn anankè, zèn ouk anankè
(Πλεῖν ἀνάγκη, ζῆν οὐκ ἀνάγκη) yang dalam Bahasa latinnya kurang lebih berarti navigare necesse est, vivere non est necesse. Itu tertulis
dibanyak catatan sejarah Mediterania baik Romawi ataupun Greek. Arti dalam bahasa
inggris kalimat tersebut adalah; To Sail is Necessary, To Live is not
Necessary.
Dimasa itu pulalah ( 58 BC), Kekaisaran Romawi menjajah Prancis dan membawa
sebagian bahasa romawi masuk kedalam bahasa Prancis bercampur dengan bahasa latin.
Istilah istilah popular terbawa dalam kegiatan pelayaran dan pada akhirnya kita
tahu bahwa Prancis pada 1672-1678 menjajah Belanda dalam Franco – Dutch war.
Pembauran bahasa, istilah dan kebiasaan juga terbawa dari Prancis ke Belanda
termasuk yang paling fenomenal adalah Maritime Law yang berasal dari Mediteranea
di tahun 900-300 sebelum Masehi, terbawa ke Prancis, dan pada akhirnya ke Belanda.
Disitulah terbawanya motto navigare necesse
est, vivere non est necesse, mulai dari Pompey the Great sampai ke AIP di
Jakarta.
Untuk mengartikan kalimat Nauyanam Avasyabhavi, Jivanam Anavasyabhavi, eMaritim
menggali dari berbagai Bahasa dan berikut arti setiap kata yang ditemukan;
Dalam Bahasa Bangla
ada kata নৌযান atau Nauyāna yang berarti sailing dalam bahasa inggris
atau berlayar, juga ada dalam Bahasa Telugu kata నౌకాయానం atau Naukāyānaṁ yang
juga berarti sailing. Sementara di Nepal नौकायन
berbunyi Naukāyana, juga berarti Sailing.,
Selanjutnya mencari arti kata Avasyabhavi, ada dalam bahasa Marathi kata आवश्यक atau Avasyaka atau bahasa Nepal आवश्यक berbunyi Āvaśyaka yang
berarti necessary dalam bahasa Inggris, atau perlu dalam bahasa Indonesia.
Lalu kata Jivanam bisa ditemukan kemiripan dengan bahasa Bangla জীবন berbunyi Jībana atau berarti life dalam bahasa
Inggris atau hidup dalam bahasa Indonesia.
Jadi apabila kita merangkai semua itu maka akan didapat : Nauyanam berarti sailing atau berlayar, Avasyabhavi berarti necessary atau perlu, Jivanam berarti life atau jiwa. Sementara kata Anavasyabhavi merupakan kata bentukan Avasyabhavi dengan
awalan ana yang berarti tidak, atau bisa diartikan tidak perlu.
Kesimpulannya adalah bahwa Nauyanam Avasyabhavi, Jivanam Anavasyabhavi merupakan
terjemahan dari navigare necesse est, vivere non est necesse
atau Pleîn anankè, zèn ouk anankè atau To sail is
necessary, to live is not. Ini adalah sebuah kalimat yang bermakna sangat heroik
bahwa pelayaran lebih penting dari hidup pelaut itu sendiri apabila ditarik
kedalam konteks sejarah Romawi dahulu, dimana Pompey The Great ingin melayarkan
kapalnya karena membawa bahan makanan untuk rakyatnya yang kelaparan walaupun
ada badai menghadang.