eMaritim.com – Kekompakan
menjadi tombak persaudaraan dalam mencapai kebersamaan yang harmonis, ‘golden
reunion’ menjadi kalimat yang pas dalam merayakan 50 tahun kelulusan Akademi Ilmu
Pelayaran angkatan 1970-2020, perayaan tersebut dilakukan dengan sederhana, bahagia
namun penuh doa dan makna, reunian emas angkatan 15 AIP dilaksanakan di lingkup area Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP),
Marunda, Jakarta.
Seperti diketahui dihadiri dalam reuni AIP angkatan 15 perwakilan dari Corps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran (CAAIP) yang diwakili oleh Capt Otto dan Capt Zauhari yang mengenakan jas biru kebanggaan CAAIP.
Sudah bukan usia
yang muda bagi seorang taruna lulusan jaman orde baru yang berusaha axis di
masa generasi digital dan milenial ini, mereka tetap menjaga kekompakan dan
kebersamaan dalam menikmati masa tua untuk tetap sehat dalam menjalani kehidupan.
Di dalam perayaan
reunian emas angkatan 15 dilakukan penanaman
pohon di lingkup taman STIP bagian depan, dimaknai pohon itu akan tumbuh dan
dirasakan oleh generasi penerus, pertumbuhannya diharapkan menjadi saksi bahwa lintas
angkatan bukan menjadi alasan dalam berkumpul dan membimbing satu sama lainnya.
Suryo Sulistiyo Ketua Panitia Golden Reunion, mantan Komandan Batalyon, Mayoret Drumband mengatakan penanaman pohon merupakan wujud bentuk
yang sama dengan kita yang harus diperhatikan pelihara dan rawat sebagai
makhluk ciptaan ALLAH SWT.
Menurutnya penanaman pohon ini nantinya juga bisa dinikmati oleh orang lain yang mendapatkannya, “niat kami untuk memberikan berkah dan manfaat kepada orang lain,” tuturnya.
Menurutnya penanaman pohon ini nantinya juga bisa dinikmati oleh orang lain yang mendapatkannya, “niat kami untuk memberikan berkah dan manfaat kepada orang lain,” tuturnya.
Ia menambahkan
bahwa pohon itu nantinya dapat memberikan naungan, perlindungan dan menjaga
sekitarnya dari hal tidak baik, “maka ide kita menanam pohon dan masih di area STIP
yang ada kaitannya dengan alumni AIP kita dulu,”jelasnya.
Sementara itu Nanang Risnandar Ketua Angkatan 15, mantan Kepala Staf Resimen mengatakan reuni emas 50 tahun angkatan 15 AIP
sebagai wujud bersyukur dalam kebersamaan selama ini, yang diharapkan nantinya akan
menjadi contoh untuk generasi dibawahnya.
“Dengan adanya
reunian emas mudah-mudahan adik-adik kita bisa mengikuti apa yang sudah kami
lakukan dan tetap saling sharing kepada alumni, CAAIP tetap terjaga dan tidak
terpecah-pecah,” ungkap Nanang.
Ia menambahkan, di
tahun 70-an dengan sekarang sangat berbeda, diharapkan STIP selalu ‘upgrade’
apa yang menjadi masukan seniornya, ia akui bahwa generasi angkatan AIP 15
masih konvensional.
Dengan adanya
perbedaan jaman saat ini menurutnya persaingan
sangat ketat sehingga pelaut dan akademi pelayaran diwajibkan memacu dirinya
untuk dapat bersaing di dunia international.
Cholik Kirom mantan Direktur Kepelabuhanan & Pengerukan, Ditjen Perhubungan Laut R.I. mengatakan pasca adanya reunian emas ini ia berharap generasi
penerus maupun taruna yang baru lulus agar bisa membangkitkan dunia maritim, agar lebih maju dari sekarang mengingat maritim ujung tombak dari perekonimian Indonesia,
“yakin ekonomi kita akan maju kalau maritim kita maju,” ungkapnya
“Sedangkan untuk
memajukan maritim di Indonesia sangat sulit, semua yang didarat rata-rata
kurang mendukung, padahal banyak yang mencari kesempatan hidup didunia maritim
ini, kalau ditata dengan baik, pasti negara kita akan maju di bidang maritim
dan ekonomi,” tuturnya.
Awi Imam mantan Komandan Resimen juga berharap kepada angkatan dibawahnya bahwa taruna jangan
berfokus pada spesialisasi lulusannya, “bidang maritim itu sangat luas, bisa jadi
konsultan, surveyor, eksporties, banyak sekali, buat ade-ade itu uang bukan
segalanya, jangan menghalalkan berbagai cara dengan uang untuk mendapatkan
posisi yang diiniginkan,” ungkapnya.
Ia juga
menambahkan mudah mudahan STIP menjadi suatu perguruan tinggi yang sesuai
dengan Tri Darma perguruan tinggi, “harus melakukan suatu research harus ada
pengabdian, “ jelasnya.
Cerita Angkatan
15 AIP
Menurut Awi Imam keseluruhan
angkatan 15 terdiri dari 100 orang dan 10 diantaranya merupakan taruna dari
malaysia, “mungkin yang meneruskan sekitar 80 yang lain ada yang di drop out
dan pindah jurusan,” ungkapnya.
Ia menambahkan di
jaman angkatannya terdiri dari 3 jurusan nautika, teknika, dan markonis, jaman
dulu di kapal harus ada yang ahli radio.
Namun dalam
perkembangannya jurusan markonis harus ditiadakan, hal ini membuat teman
seangkatannya yang sudah di jurusan tersebut banyak yang mengalami
kendala.
“Ada yang beruntung
dia pindah jurusan, ada 2 orang yg menjadi pilot garuda, ada 2 jurusan yg pindah
nautika, ada yang menjadi pengajar di STIP hingga saat ini masih mengajar, ada yang
tidak bisa meneruskan karirnya karena terlambat dengan perubahan, itu kami
prihatin,” jelasnya.
Pada saat sekolah
pendidikan AIP di jamannya di tahun 1970 sudah sulit untuk mencari kerjaan
berlayar diatas kapal, dikarenakan jumlah armada yang terbilang sedikit, ia
menambahkan salah satu caranya ialah harus berangkat kerja di luar negeri.
Seperti diketahui dihadiri dalam reuni AIP angkatan 15 perwakilan dari Corps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran (CAAIP) yang diwakili oleh Capt Otto dan Capt Zauhari yang mengenakan jas biru kebanggaan CAAIP.