Ilustrasi |
Tujuan dari Pelindo I membeli alat canggih ini untuk memuaskan pelanggan
dalam menggunakan jasa kepelabuhannya agar lebih cepat untuk proses bongkar
muatnya di wilayah Indonesia bagian Barat.
"Harapannya Kualatanjung menjadi pelabuhan Indonesia terbesar di
wilayah Barat. Persaingan cukup ketat, untuk bisa bersaing di jasa pelayanan,
ya harus punya alat-alat canggih seperti ini," kata Direktur Keuangan PT
Prima Multi Terminal, Moedi Utomo, Kamis (13/12/2018).
Crane seharga Rp150 miliar per unit ini menggunakan tenaga listrik sebagai
energinya dan mampu mengendalikan container dengan kapasitas 20 feet, 40 feet
sampai 45 feet.
Di Indonesia, hanya pelabuhan di Surabaya dan Belawan-Medan yang
menggunakan alat ini. Seluruhan container crane akan beroperasi penuh awal 2019
mendatang. "Kapasitas kita lima crane yaitu 1juta TEUs, jadi akan ada
penambahan crane di lima tahun nanti.
Tapi kita lihat perkembangannya, kalau pasarnya lebih cepat kemungkinan
penambahannya akan lebih cepat," ucap Moedi.
Dia menambahkan, November 2018 lalu Pelindo 1 sudah melakukan ujicoba
pengoperasian KTMT, untuk tahap awal terminal petikemas KTMT diharapkan bisa
melayani ekspor hingga 600 kontainer setiap minggunya.
Moedi bilang, beberapa perusahaan seperti Unilever, Wilmar, dan P&G
yang telah berkomitmen untuk melakukan ekspor dengan tujuan ke China, India,
dan negara-negara di Asia melalui Pelabuhan Kualatanjung.
Saat ini, pengembangan tahap I Pelabuhan Kualatanjung berupa pembangunan
terminal multipurpose berkapasitas 600.000 TEUs masuk persiapan akhir dan siap
beroperasi melayani arus keluar masuk barang ke seluruh Indonesia dan luar
negeri.
Pengelolanya adalah PT Prima Multi Terminal, perusahaan patungan antara
Pelindo 1, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, dan PT Waskita Karya
(Persero) Tbk. "Pelindo 1 telah mendapat izin pengoperasian dermaga
multipurpose Pelabuhan Kualatanjung dari dirjen perhubungan laut dan kepala
KSOP pelabuhan Kualatanjung," katanya lagi.
Corporate Secretary PT Pelindo 1 Muhammad Eriansyah menambahkan, untuk
mendukung kelancaran dan kecepatan kegiatan bongkar muat KTMT, Pelabuhan
Kualatanjung dilengkapi dermaga 500x60 meter, trestle sepanjang 2,8 kilometer
untuk empat jalur truk selebar 18,5 meter, dan rak pipa 4 line x 8 inch.
Selain itu, KTMT juga dilengkapi berbagai sarana dan prasarana infrastruktur
bongkar muat modern dan canggih antara lain tiga unit Ship to Shore (STS)
Crane, 8 unit Automated Rubber Tyred Gantry (ARTG) Crane, 21 unit truck
terminal, 2 unit MHC, dan Terminal Operating System (TOS) Peti Kemas maupun
curah cair. Setelah resmi beroperasi, Pelabuhan Kualatanjung 'digadang-gadang'
menjadi hub internasional dan simpul logistik nasional yang mampu menangkap
potensi pasar pelayaran di Perairan Selat Malaka yang sangat besar yaitu
mencapai 100 juta TEUs per tahun.
Eriansyah berharap pengoperasian Pelabuhan Kualatanjung segera terlaksana
sehingga mampu mewujudkan pembangunan ekonomi daerah sesuai program nawacita
pemerintah dan menekan biaya logistik di Indonesia.
"Beroperasi penuh Februari 2019, kita udah ujicoba, pertama di
November. Kalau ada kesempatan kita akan ujicoba kedua, sampai semua fasilitas
siap untuk mensupport kegiatan bongkar muat di Kualatanjung," kata pria
yang biasa dipanggil Eri ini seperti dikutip Kompas.com.
Tambah 4 Unit
RTG
Terminal Peti Kemas Domestik Belawan (TPKDB) PT Pelindo 1 (Persero)
mendapat penambahan empat unit alat bongkar muat peti kemas Rubber Tyred Gantry
(RTG) yang diangkut menggunakan kapal MV Biglift Biffin.
Penambahan alat ini untuk meningkatkan pelayanan dalam rangka memperlancar
kegiatan bongkar muat di terminal tersebut. "Ke depannya akan dilakukan
evaluasi apakah masih memerlukan penambahan alat lagi, ini juga dengan melihat
pertumbuhan peti kemas yang ada," kata General Manager TPKDB Indra Pamulihan.
Soal volume bongkar muat peti kemas di TPKDB, Indra mengatakan, trennya
terus meningkat. Indikatornya ditunjukkan dari pertumbuhan volume bongkar muat
peti kemas hingga Oktober 2018 sebesar 355.274 box. Naik 8,65 persen dibanding
dengan periode yang sama di 2017 sebesar 326.975 box.
Peningkatan tersebut setara dengan 426.629 TEUs, tumbuh 8,92 persen
dibandingkan periode yang sama di 2017 sebesar 391.662 TEUs.
"Pertumbuhannya dari tahun ke tahun bagus dan naik. Sekali lagi, ini wujud
komitmen Pelindo I untuk terus meningkatkan pelayanan peti kemas domestik,
khususnya di Belawan ini," sambungnya.
Dia menjelaskan bahwa penambahan RTG baru merupakan bentuk komitmen
manajemen untuk terus meningkatkan layanan kepada para pengguna jasa di TPKDB.
Saat ini berbagai fasilitas dan peralatan bongkar muat peti kemas di TPKDB
adalah: 4 unit Container Crane, 5 unit Mobile Harbour Crane (MHC), 9 unit RTG,
18 unit Headtruck, 20 unit Terminal Tractor, 2 unit Reach Staker, 2 unit Side
Loader, dan 1 unit Forklift.
Saat ini, produktivitas bongkar muat peti kemas di TPKDB mengalami
peningkatan. Produktivitas bongkar muat peti kemas pada 2017 sebesar 32 B/S/H
(Box/Ship/Hour) meningkat 15 persen menjadi 37 B/S/H hingga Oktober 2018.
Selain menambah RTG, sebelumnya Pelindo 1 telah menyelesaikan serangkaian
program penataan dan pengembangan secara menyeluruh Pelabuhan Belawan. Seperti
pembangunan dedicated terminal berupa terminal minyak sawit mentah (CPO) di
Pelabuhan Belawan Multipurpose yang dapat ditingkatkan menjadi 1,8 juta ton,
shorebase terminal dan car terminal dengan kapasitas 880 unit mobil, serta
terminal curah kering berkapasitas 1 juta ton, terminal general cargo, dan
dermaga industri kimia dasar (IKD).
"Insya Allah di Mei 2019 nanti, akan ada penambahan dua unit Ship to
Shore (STS). Kami yakin, pelayan yang ada akan meningkatkan produktivitas
bongkar muat di sini," pungkas Indra. (*/Kompas.com)