Jakarta, eMaritim.com
– Direktorat Jenderal Perhubungan Laut bersama dengan konsorsium Penta Ocean,
Toa, Rinkai, PP, dan WIKA hari ini Jumat
(27/07/2018) melakukan penandatanganan kontrak pembangunan pelabuan Patimban
fase 1 paket 1 yakni konstruksi terminal.
Kementerian Perhubungan sendiri khususnya Ditjen Hubla telah
melakukan evaluasi yang sangat ketat hingga akhirnya menunjuk 5 nama pemegang
proyek asal Jepang dan Indonesia itu.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian
Perhubungan, bahwa pembangunan pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat
dikerjakan dengan 3 tahap dimana tahap konstruksi akan dimulai pertengahan
bulan Agustus tahun 2018, dan diharapkan awal tahun 2019 nanti akan dimulai soft opening, dan di prediksi akan rampung
total pada tahun 2027.
Pada time loan dan
JICA lone terdapat 10 paket pekerjaan
keseluruhan yang dibagi dalam 2 fase, fase 1 adalah 3 paket konstruksi dan 1
paket supervisi dan 1 paket konsultan pembelian operator, sementara ada 1 paket
dari kementerian PUPR dan 1 paket supervisi di PUPR.
“Fase 1, 2 itu pelaksanaannya akan dilaksanakan pertengahan
tahun 2020 dan 5 penambahan terminal, dan paket 6, 7 merupakan pengerukan
kolam,” ungkapnya.
Menurut Agus nilai kontrak pada paket 1 ini berjumlah Rp 6
triliun dengan durasi kontrak 12 bulan, kemudian nilai kontrak paket 2 atau P1
paket 2 itu senilai Rp 1,8 triliun dan ini masih dalam evaluasi, kemudian ada
lagi nilai kontrak, p1 paket 3 berjumlah 575 miliar dan masih dalam evaluasi,
dan kemudaian ada paket konsultan yang
nilainya sekitar 474miliar. “Total P1 senilai hampir 9 triliun atau 8,99
triliun dan lelang untuk P1 paket 1, 2,3 sudah dilaksanakan,” tuturnya.
Sementara itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi
mengungkapkan akan dilakukan groundbreaking sebagai tanda mulai konstruksi proyek
ini pada awal Agustus 2018.
Dalam kontrak ini akan dikerjakan diantaranya pembangunan
terminal kendaraan (car terminal), terminal petikemas dan dermaga kapal Ro-Ro.
"Teknisnya Patimban direncanakan akan layani 3,5 juta
Teus dan nanti akan menjadi 5,5 juta Teus dan akhirnya menjadi 7,5 juta Teus.
Artinya Patimban akan sama besar dengan Priok. Maka distribusi barang dari
bagian tengah bisa terkoneksi lebih lancar," katanya.
Sebagai informasi, total kebutuhan anggaran pembangunan
Pelabuhan Patimban Rp 43 triliun. Adapun pinjaman untuk pembangunan Pelabuhan
Patimban yang terletak di kawasan timur Jakarta, merupakan dana dari Japan
International Cooperation Agency (JICA) dengan nilai ¥118,9 juta atau sekitar
Rp 14,17 triliun.
Pada November 2017, kesepakatan antara JICA dan Indonesia
berupa pinjaman sebesar Rp 14,17 triliun itu merupakan 83% dari total biaya
konstruksi Pelabuhan Patimban tahap I senilai ¥144 miliar atau Rp 17,16 triliun.
Sisa biaya investasi itu akan dibiayai oleh pemerintah Indonesia dalam
pembebasan tanah dan urusan pajak . (hp)