![]() |
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti | Ist |
Menteri Susi mengungkapkan, banyak
masyarakat yang belum memahami betul esensi dari kebijakan-kebijakan
Menteri Susi terutama kebijakan pemberantasan illegal fishing
melalui moratorium kapal asing. Hal ini karena masyarakat belum terbiasa
dengan kebijakan Menteri Susi dinilai baru dan cenderung berani. Untuk
itu, ia meminta mahasiswa memberikan pemahaman dan pendidikan terkait
dengan hal-hal yang berhubungan dengan laut dan perikanan Indonesia.
“Anda sudah masuk ke perguruan tinggi, sudah menjadi generasi Indonesia yang mempunyai kesempatan to be educated, to be better, di depan. Tetapi kalau itu tidak dipakai karena Anda takut dan ragu-ragu, Indonesia akan di bawa kemana,” ungkapnya.
Menteri Susi berpendapat, dunia akademik
seharusnya adalah dunia yang penuh dengan semangat perubahan. Menjaga
integritas dengan bersikap jujur dan tidak berbohong hanya untuk
menyenangkan semua pihak adalah langkah untuk memajukan bangsa.
Selain itu, Menteri Susi ingin agar
masyarakat memahami pentingnya konsumsi ikan untuk mewujudkan bangsa
yang cerdas dan mampu bersaing secara global. Menurutnya, tersedianya
ikan sangat penting untuk memenuhi asupan protein masyarakat.
“Saya sebagai Menteri Kelautan dan
Perikanan berhak mengklaim ikan lebih penting daripada beras. Makan
beras sekali-sekali, makan ikan harus setiap hari. Kalau karbohidrat itu
hanya membuat energi, tapi tidak membangun sel-sel,” terang Menteri
Susi. “Better quality, smarter, stronger, more power. Kalau
beras, kebanyakan makan nasi ngantuk. Jadi makan ikannya jangan ikan
asin. Kamu kalau makan ikan asin pasti nanti makan nasinya banyak lagi,”
imbuhnya.
Pembangunan generasi yang sehat dan
cerdas dinilai penting untuk menghadapi kompetisi global yang makin
keras. Menurut Menteri Susi sumber daya manusia Indonesia harus
dipersiapkan menjadi lebih baik, lebih terampil, lebih cepat, lebih
gesit, dan lebih pintar.
“ITB dan Unpad itu lembaga pendidikan yang memberikan latihan, pembinaan, education, knowledge. Tetapi kalau dasar materialnya anak-anak Indonesia ini rendah, dampaknya juga tidak akan banyak,” jelas Menteri Susi.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Susi
juga mendorong mahasiswa untuk memperkuat bidang riset, termasuk bidang
riset kelautan dan perikanan. Menurutnya, hingga saat ini, belum ada
perubahan apapun dari segi pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya dalam
misi menuju perubahan maritim yang lebih baik.
“Saya melihat perguruan tinggi di luar negeri juga lebih terbuka, lebih cair. Mereka lebih kepada seperti badan riset yang moving fast.
Dan mereka pergerakannya sangat cepat sekali. Dan saya pikir ini
haruslah segera di bangun di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah
Indonesia,” tambahnya.
“ITB saya yakin dengan power dan fasilitas yang dipunyai seharusnya bisa untuk making a move to change. Saya yakin kalau ITB mencontoh ini, ITB akan menjadi perguruan tinggi yang adopting technology, adopting science, adopting situations,” tuturnya lagi.
Terakhir, Menteri Susi berpesan kepada para ekonom, akademisi, dan orang tua untuk mulai bersikap objektif terhadap segala sesuatu yang terjadi di negara ini, meskipun terkadang tekanan politik dan berbagai kepentingan begitu besar. “Kita tidak boleh takut untuk do a change, kalau you takut don’t start anything,” tutupnya. (*)