Jakarta, eMaritim.com – Disaat pelayaran Indonesia saat ini
sedang melemah, banyak kapal yang tidak beroperaasi, dan banyak perusahaan
kapal yang gulung tikar. Ir. Sjaifuddin Tharir, MSc. Pakar maritim Indonesia menilai
perusahaan galangan kapal di benua Asia (diluar Indonesia) membutuhkan kebutuhan pasokan cat kapal
yang banyak. Seperti galangan kapal di negara Singapore, Malaysia, Thailand,
Vietnam, Korea, China, dan Jepang yang memiliki kelebihan permintaan kapal
docking bahkan sampai galangan kapal tersebut menolak atas permintaan akan
docking kapal yang berlebih.
Wilayah Asia sesungguhnya saat ini merupakan pasar yang
paling menjanjikan bagi produsen cat kapal atau galangan kapal di daerah Asia
menjadi kunci utama untuk pemasaran produk-produk cat kapal yang ada di dunia
karena industri galangan kapal untuk pembangunan kapal-kapal baru pada
kenyataannya berkibar di wilayah Asia dan ditambahkan lagi bahwa proses
perbaikan kapal yang murah meriah juga di lakukan di galangan kapal di Asia.
Oleh karena itu mohon kepada Pemerintah untuk memperhatikan nasib dan
menfasilitasi eksistensi para galangan kapal di Indonesia yang notabene
perusahaan padat karya.
Daerah Asia tersebut termasuk Indonesia disebut sebagai
pasar paling utama untuk cat kapal di dunia dikarenakan cat kapal sangat
dibutuhkan dalam jumlah volume yang besar di wilayah Asia. Banyaknya aktivitas
disain kapal, pembuatan dan pembangunan kapal-kapal bangunan baru serta
pekerjaan reparasi kapal dan pengedokan kapal karena kewajiban kapal yang
direkomendasikan oleh badan Klasifikasi di Asia cukup meningkat. Katakan saja
ada sejumlah 10.000an kapal yang aktif di Indonesia, bila dihitung akan
membutuhkan minimal 100juta liter cat kapal per tahun di Indonesia.
Menurut Syaifuddin bahwa galangan kapal yang tersebar di
Asia, khususnya , Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea, China dan
Jepang saat ini memiliki kelebihan permntaan kapal docking bahkan sampai
galangan kapal tersebut menolak atas permintaan akan docking kapal dari pemilik
kapal sehingga galangan-galangan kapal di Asia tersebut saat ini boleh dibilang
cukup aktif dan berpesta operasi di seluruh wilayah pesisir Asia dibandingkan
dengan di belahan bumi lainnya. Galangan kapal di Indonesia atas dukungan
Pemerintah seharusnya juga ikut berpesta, tidak saja menjadi pendengar setia.
Lembaga riset untuk pasar cat kapal namanya TechNavio
membuat perkiraan bahwa pasar cat kapal dunia akan tumbuh pada angka Compound
Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 11,29% dalam periode tahun 2013-2018, dimana
CAGR adalah tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata investasi selama periode
waktu tertentu lebih dari satu tahun. Salah satu faktor kunci sebagai
contributor dan penyebab terhadap pertumbuhan pasar cat kapal di Asia adalah
perluasan dan bergesernya bisnis kapal di Asia dan bergesernya nisnis pasar
kapal tanker minyak dan kapal tanker gas di Asia, saat itu.
Pasar cat kapal di dunia juga telah memperlihatkan
permintaan pengecatan cat kapal yang wajib untuk pengecatan kapal, kesukaan
pemilik kapal akan keindahan kapalnya dan keinginan konsumen pemilik kapal atas
produk cat kapal yang ramah lingkungan. Jadi sebagai peringatan kepada produk
cat nasional bahwa bila kita memproduksi cat kapal yang tidak ramah lingkungan
maka sudah barang pasti lambat laun produk cat nasional kita akan ditinggalkan
oleh konsumen pemilik kapal kita sendiri. Namun demikian, bila mana peraturan
cat kapal, Anti fouling system (AFS) dan produk cat kapal untuk tangki balas
dan tangki double space kapal mengikuti Performance standard for protective
coating (PSPC) yang diterbitkan oleh IMO guna pencegahan pencemaran lingkungan
yang diimplementasi semakin ketat, maka bisa jadi menimbulkan tantangan dan
ancaman yang berarti terhadap pertumbuhan pasar cat kapal ini.
Perkembangan pasar cat kapal umumnya menunjukkan
perkembangan yang positif. Hal ini tercermin dalam hasil cat kapal yang
diaplikasikan ke konstruksi dan lambung kapal yang juga ekpansi ke perlindungan
unit peralatan pada industri minyak dan gas yang meningkat. Kalau kita tengok
sector pendapatannya bahwa pendapatan untuk pekerjaan pengecatan dan
perlindungan konstruksi kapal menunjukkan (pada salah satu perusahaan cat
terkemuka) bisa meningkat 15% yaitu sekitar €418 juta (Rp. 5,978 trilliun)
Hal ini disebabkan disamping karena perubahan kurs mata uang
yang lagi menguntungkan bagi pihak produsen cat kapal dan meningkatnya volume
kebutuhan akan cat kapal, namun juga diimbangi dengan melemahnya permintaan
pekerjaan pengecatan kapal yang dikarenakan oleh adanya belanja modal
perusahaan pelayaran yang lebih rendah dan banyak proyek-proyek tertunda
khususnya di sector industri minyak dan gas dunia.
Secara keseluruhan, pendapatan dari salah satu perusahaan
cat kapal masih naik sebesar 13%, yaitu menjadi €771 juta (Rp. 11,029 trilyun).
Kebutuhan volume cat kapal didorong oleh adanya permintaan yang kuat dari
proyek-proyek di galangan kapal Asia. Namun juga ada pelemahan pada industri
galangan kapal di Cina misalnya. Kita ambil contoh saja pada tahun 2015 yang
merupakan tahun yang cukup memprihatinkan bagi produsen cat kapal. Jumlah
perusahaan pelayaran kapal yang memutuskan untuk membangun kapal-kapal baru
sangat sedikit. Sementara dengan rendahnya tingkat pemesanan dan pembangunan
kapal-kapal bangunan baru maka dapat membuat prospek cat kapal saat itu menjadi
berkurang. Untungnya masih banyak pekerjaan repair dan docking, sebagai dewa
penyelamat.
Oleh: Ir. Sjaifuddin Thahir, MSc.
Mobile : 0817188831