Acara
yang dibuka melalui sambutan dari Direktur
Perkapalan dan Kepelautan Ir. Sugeng
Wibowo, M.M menyebut harapannya agar dengan adanya alat simulator ini
semoga pelaut bisa semakin professional dalam kinerjanya, mengikuti prosedur
standar international, peralatan yang mendukung pelaut secara praktikal maupun
tertulis, meningkatkan mutu pelaut secara international dan nasional, mengikuti
perkembangan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
“Gedung DPKP ini diharapkan bisa menjadi acuan pengujian keahlian pelaut,” katanya dalam sambutan pembukaan acara persemian gedung DPKP, Jakarta.
“Gedung DPKP ini diharapkan bisa menjadi acuan pengujian keahlian pelaut,” katanya dalam sambutan pembukaan acara persemian gedung DPKP, Jakarta.
Selama ini, pihak Direktorat
Perkapalan dan Kepelautan di bawah Kementerian Perhubungan menguji para pelaut
setelah selesai mengikuti diklat, dengan menggunakan fasilitas yang ada di Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Diklat.
“Di Indonesia yang UPT negeri dan lengkap kurang lebih ada 9, termasuk STIP, P3IP, dan PIP, alhamdulillah sekarang kita (DPKP) sudah memiliki alat simulator kepelautan,” katanya kepada eMaritim.com saat wawancara khusus.
“Di Indonesia yang UPT negeri dan lengkap kurang lebih ada 9, termasuk STIP, P3IP, dan PIP, alhamdulillah sekarang kita (DPKP) sudah memiliki alat simulator kepelautan,” katanya kepada eMaritim.com saat wawancara khusus.
“Karena mengingat dewan
penguji keahlian laut itu tugasnya semakin besar jadi kita (DPKP-red) wajib turut meningkatkan
kemampuan kita , alhamdulillah sekarang kita bisa menyiapkan sarana
dan prasarana pengujian keahlian pelaut milik sendiri yang selama
ini kita menggunakan fasilitas di UPT Diklat,”
ungkapnya.
Dalam hal ini Kepala
Bidang Pelaut Niaga, Amir Makbul menyebutkan kegunaan dan manfaat dari alat
simulator ini diharapkan nantinya ketika lulus dari lembaga diklat, itu
memiliki kemampuan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan internasional
melalui International Maritime Organization (IMO).
“Alat simulator
kepelautan ini merupakan salah satu cara untuk membuktikan apakah, si pelaut
yang telah terdidik ini benar-benar memiliki kompetensi, dimana nanti pada saat
dia (peserta pelaut) akan bekerja, pihak administration DPKP memastikan pelaut Indonesia
itu memiliki standar international”, katanya lagi.
Syarat Ikuti Pelatihan
“Jadi setelah mereka
lulus melaksanakan diklat di UPTnya masing masing, mereka baru kita
perdalam lagi dengan alat ini (Maritime Simulation and Training), tapi kita
fokus dulu di manajemen level di ATT serta ANT 1 dan 2,” ungkap Amir Makbul
kepada eMaritim.com.
Setelah lulus diklat,
masih Amir, kemudian peserta diajukan untuk ujian kompetensi melalui Penguji
Keahlian Pelaut (PUKP), Melalui PUKP peserta pelaut diklat melalui UPT
Diklatnya masing-masing itu di daftarkan untuk diajukan ke DPKP untuk diuji
secara tertulis maupun praktiknya.
Saat ini pihak DPKPsendiri
tak memungut biaya dikarenakan, menurut Amir, DPKP ini sendiri belum menjadi
organisasi yang mandiri .
“jJdi biaya semua ditanggung semua oleh lembaga diklat, asal lulus ujian diklat baru diajukan mengikuti ujian di dpkp siini” tuturnya.
“jJdi biaya semua ditanggung semua oleh lembaga diklat, asal lulus ujian diklat baru diajukan mengikuti ujian di dpkp siini” tuturnya.
“Ada passing grade (standar nilai kelulusan), kalau ujian tertulis ini
kita kasih standar minimal nilai 70 dari skala nilai 100.Penilaiannnya
ini komprehensif jadi kemampuan peserta mampu melaksanakan fungsi-fungsi yang
di komprehensifkan,” jelasnya
Dalam hal ini Ketua
Harian DPKP Ir Tata Sukrapradja, MM juga mengatakan bahwa DPKP telah
mempersiapkan instrument mutakhir: Full
Mission Bridge Simulator sesuai standar yang ditetapkan oleh Standards of Training, Certification and
Watchkeeping (STCW), dimana STCW sendiri merupakan pedoman yang diatur oleh
IMO yaitu organisasi kelautan internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Para lulusan yang
dihasilkan melalui lembaga penguji independen ini akan menghasilkan calon
pelaut andal dan terampil dalam menjalankan profesinya karena diuji secara
komprehensif, yakni ujian teori dan praktik sehingga hasil penilaiannya sangat
objektif.
“Kami meningkatkan sarana dan prasarana untuk melaksanakan ujian pelaut, kalua dulu ujiannya masih subyektif, tapi sekarang ujiannya obyektif,” ujar Tata.
“Kami meningkatkan sarana dan prasarana untuk melaksanakan ujian pelaut, kalua dulu ujiannya masih subyektif, tapi sekarang ujiannya obyektif,” ujar Tata.
Alat simulator ini didatangkan
dari Norwegian melalui Kongsberg Maritime
Simulation & Training ini memiliki beberapa keunggulan dimana seolah
olah sang peserta didik (pelaut) berada di atas kapal dan di tengah laut yang
sedang berlayar, juga turut adanya simulasi pelabuhan dan kapal kapal tanker
besar di dalamnya, simulasi ini dibuat mirip dengan keadaan asli saat berlayar
dimana efek suara menambah suasana menjadi nyata.
Hal lain juga dikatakan Kepala
Subdirektorat Kepelautan, Direktorat Perkapalan dan Kepelautan (Eselon III.a)
Capt Ferry Akbar bahwa DPKP sendiri merupakan amanah dari STCW 1978 amandemen
manila 2010 dimana didasarkan juga pada Keputusan DIrektorat Jenderal Perhubungan
Laut No HK.103/2/16/DJPL-13. Tanggal 24 Desember 2014 bahwa Training Need Assessment
adalah pemerintah dalam hal ini independen yang melaksanakan pengujian.
Selama ini DPKP melakukan pengujian di diklat atau tempat pembentukan (UPT).
“Dengan adanya peralatan yang baru kami (DPKP) inginkan kualitas dan mutu pelaut untuk bisa lebih bersaing di pasar pelaut dunia, mudah mudahan dengan alat yang ada saat (simulasi kepelautan) ini bisa menjadikan pelaut Indonesia menjadi nomor 1 di dunia,” kata Capt Ferry kepada eMaritim.com
Selama ini DPKP melakukan pengujian di diklat atau tempat pembentukan (UPT).
“Dengan adanya peralatan yang baru kami (DPKP) inginkan kualitas dan mutu pelaut untuk bisa lebih bersaing di pasar pelaut dunia, mudah mudahan dengan alat yang ada saat (simulasi kepelautan) ini bisa menjadikan pelaut Indonesia menjadi nomor 1 di dunia,” kata Capt Ferry kepada eMaritim.com
Capt Ferry menambahkan saat
ini pasar pelaut di dunia ada 3 negara yang cukup signifikan terkait dengan supplier pelaut, Indonesia diantara Cina
dan India, merupakan salah satu supplier
terbesar untuk untuk para pelaut mancanegara, “dari 650.000 data pelaut di
Indonesia yang ada dari subditkepelautan kami (direktorat perkapalan dan
kepelautan), hampir 100.000 pelaut Indonesia ada di luar negeri,” jelasnya.
Terkait dengan simulator,
masih capt Ferry, yang ada di DPKP ini merupakan salah satu regulation dari manila regulation 2010 dimana diwajibkan untuk semua lembaga pendidikan
dan termasuk pengujian dengan menggunakan simulator.
“Artinya ujian komprehensif ini merupakan pengujian yang memang tidak sama dengan sebelumnya, artinya pengujian langsung menggunakan peralatan baik simulator maupun computer base assessment,” ungkapnya. (rhp)
“Artinya ujian komprehensif ini merupakan pengujian yang memang tidak sama dengan sebelumnya, artinya pengujian langsung menggunakan peralatan baik simulator maupun computer base assessment,” ungkapnya. (rhp)
Foto : Rhp/eMaritim.Com
Editor : Pulo Lasman Simanjuntak