Teks Foto : Arus kapal barang di pinggir Sungai Musi Palembang yang mengangkut berbagai komoditas pangan untuk perdagangan di Provinsi Sumatera Selatan tampak bergerak pelan lantaran kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan gambut yang semakin tebal. (Foto : Lasman Simanjuntak/eMaritim.Com)
Palembang, eMaritim.Com,- Sampai Rabu ini (21/10/2015) lalu lintas air sepanjang Sungai Musi di Kota Palembang, Sumatera Selatan, masih "dikepung" bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan gambut yang menjadikan lokasi sekitar sungai terpanjang di Sumatera Selatan ini terkesan "gelap" meskipun pada siang hari.
Berdasarkan pengamatan wartawan eMaritim.Com, Pulo Lasman Simanjuntak, yang melakukan kunjungan jurnalistik ( 19 s/d 21 Oktober 2015) di atas Jembatan Ampera Sungai Musi, terlihat arus kapal-kapal berjalan "lambat" mengingat sekitar lokasi sungai gelap pekat akibat bencana kabut asap yang sudah berlangsung tiga bulan ini.
Padahal lalu lintas air di sekitar Sungai Musi ini jadi salah satu arus perdagangan dan pergerakan ekonomi .Bahkan kapal -kapal kayu dan bermesin banyak mengangkut komoditas pangan sampai ke Provinsi Bangka Belitung.
Suasana kabut asap yang sangat "pekat" di sekitar Sungai Musi, Kota Palembang ini telah menjadikan mata "pedih" dan perih-nyaris sesak nafas- lantaran mulai pagihari sampai sianghari kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan gambut semakin tebal dan jarak pandang hanya 25-50 meter.
Berdasarkan data-data yang diperoleh wartawan eMaritim.Com, Pulo Lasman Simanjuntak, sampai Rabu kemarin (21/10/2015) 1.061 personil TNI telah ditarik dan bakal diganti dengan personil baru. Pesawat ditambah 10-15 armada, dan pesawat Rusia telah datang di bandara Sultan Badaruddin II Palembang untuk melakukan "bom air" di atas lahan hutan yang terbakar.
Pemprov Sumsel terus melakukan water bombing, dan darurat asap diperpanjang sampai akhir November 2015. Sudah 200 ribu hektare lahan di Provinsi Sumatera Selatan terbakar. (pls)
Palembang, eMaritim.Com,- Sampai Rabu ini (21/10/2015) lalu lintas air sepanjang Sungai Musi di Kota Palembang, Sumatera Selatan, masih "dikepung" bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan gambut yang menjadikan lokasi sekitar sungai terpanjang di Sumatera Selatan ini terkesan "gelap" meskipun pada siang hari.
Berdasarkan pengamatan wartawan eMaritim.Com, Pulo Lasman Simanjuntak, yang melakukan kunjungan jurnalistik ( 19 s/d 21 Oktober 2015) di atas Jembatan Ampera Sungai Musi, terlihat arus kapal-kapal berjalan "lambat" mengingat sekitar lokasi sungai gelap pekat akibat bencana kabut asap yang sudah berlangsung tiga bulan ini.
Padahal lalu lintas air di sekitar Sungai Musi ini jadi salah satu arus perdagangan dan pergerakan ekonomi .Bahkan kapal -kapal kayu dan bermesin banyak mengangkut komoditas pangan sampai ke Provinsi Bangka Belitung.
Suasana kabut asap yang sangat "pekat" di sekitar Sungai Musi, Kota Palembang ini telah menjadikan mata "pedih" dan perih-nyaris sesak nafas- lantaran mulai pagihari sampai sianghari kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan gambut semakin tebal dan jarak pandang hanya 25-50 meter.
Berdasarkan data-data yang diperoleh wartawan eMaritim.Com, Pulo Lasman Simanjuntak, sampai Rabu kemarin (21/10/2015) 1.061 personil TNI telah ditarik dan bakal diganti dengan personil baru. Pesawat ditambah 10-15 armada, dan pesawat Rusia telah datang di bandara Sultan Badaruddin II Palembang untuk melakukan "bom air" di atas lahan hutan yang terbakar.
Pemprov Sumsel terus melakukan water bombing, dan darurat asap diperpanjang sampai akhir November 2015. Sudah 200 ribu hektare lahan di Provinsi Sumatera Selatan terbakar. (pls)