Kotawaringin, eMaritim.Com,-Bila
dilihat dari lokasinya yang terletak di di Kabupaten Kotawaringin
Barat, Kalimantan Tengah, siapa yang menyangka bila Pelabuhan Kumai
memiliki peran yang besar dan kontribusi yang tidak sedikit pada
pelayaran nasional.
Sebagai
pelabuhan kelas IV, Pelabuhan Kumai mendukung sepenuhnya perekonomian
baik lokal maupun nasional. Hasil alam seperti kelapa sawit yang
dihasilkan di Kalimantan Tengah dikirim keluar Kumai hingga ke negara
lain.
Kepala Satuan Otoritas
Pelabuhan (KSOP) Pelabuhan Kumai, Junaidi mengemukakan, sejak
keberadaannya puluhan tahun lalu, tak berhenti aktifitasnya, baik
sebagai pelabuhan penumpang maupun pelabuhan barang.
Kalteng
berpotensi menghasilkan produk perkebunan kelapa sawit berupa CPO
(Crude Palm Oil) maupun PKO (Palm Kernel Oil). Demikian juga dengan
hasil hutan seperti kayu dan plywood, hasil hutan lain seperti rotan dan
sebagainya dari Sukamara, Seruyan, bahkan dari Sampit. Serta hasil
pertambangan daerah penyangga yakni bijih besi dari Lamandau dan hasil
bumi lainnya yang masih dalam tahap eksplorasi.
"Pelabuhan
ini memegang peranan penting pada pertumbuhan perekomian Kalteng.
Banyak Sumber Daya Alam (SDA) yang dihasilkan di provinsi ini," ungkap
Junaidi di Kumai belum lama ini seperti dikutip kembali dari www.dephub.go.id, Kamis siang (5/3/2015).
Selain
itu, angkutan penumpang dari Pelabuhan Kumai, menurut Junaidi juga tak
pernah sepi. Rata-rata kapasitas penumpang yang mencapai 1.000 tiap
kapal dipenuhinya. Begitu juga dengan kapal ferry RORO (roll on roll
off) juga banyak diminati.
Peran
penting lainnya yang belum lama terjadi adalah pada saat terjadi
peristiwa musibah pesawat Air Asia QZ 8501 yang ditemukan di Selat
Karimata, Kalteng. Menurut Junaidi, Kumai salah satu pelabuhan yang
turut sibuk dalam aktifitas penemuan dan evakuasi.
Selama
masa pencarian yang tidak sebentar, Kumai yang sederhana dan tak
terlalu ramai, menjadi pelabuhan yang banyak didatangi dari berbagai
instansi dan tim SAR. Kumai juga dijadikan sebagai tempat singgah
kapal-kapal pencari korban pesawat rute Surabaya-Singapura tersebut.
"16 kapal bersandar kala itu, untuk operasi pencarian korban," ungkap Junaidi.
Tak
hanya pelabuhannya, peran Stasiun Radio Pantai (SROP) pada saat musibah
pesawat AirAsia tersebut juga sangat besar, untuk memberikan informasi
seputar keberadaan kapal dan lainnya.
SROP
Kumai menyambungkan informasi kepada pihak-pihak terkait evakuasi dan
pencarian selama operasi hingga banyak korban dan juga serpihan pesawat
bisa ditemukan pada saat itu.
"Salah satu posko komunikasi, di dermaga Kumai dan bandara, diisi unsur gabungan yang saling terkait," tutur Junaidi.
Saat
bangkai ekor pesawat ditemukan, lanjut Junaidi, sempat diletakkan di
salah satu gudang di area Pelabuhan Kumai sebelum dibawa ke Jakarta dua
minggu berselang.
Setelah intensitas
pencarian korban berkurang dan berpindah ke wilayah perairan Sulawesi,
secara otomatis menurut Junaidi, jumlah kapal juga mulai berkurang.
Hingga akhir Februari, terdapat dua kapal milik Basarnas dan satu kapal
Kepolisian yang tersisa bersandar di pelabuhan tersebut.
Utamakan Keselamatan
Junaidi
menegaskan, dalam menjalani tugasnya sehari-hari yang dibantu oleh 29
personil. Pihaknya senantiasa mengutamakan keselamatan pelayaran dengan
mengacu pada laporan cuaca dari Badan Meterologi dan Klimatologi
Geofisika (BMKG) dan diterapkan pada seluruh pelayaran.
"Kami
tidak ada toleransi dalam mengutamakan keselamatan. Kami tidak akan
beri izin berlayar bila kondisi cuaca di laut tidak bersahabat," tutur
Junaidi.
Pembaruan informasi BMKG,
menurut Junaidi biasanya dilakukan satu minggu sekali dan dijadikan
pedoman dalam membuat Maklumat Pelayaran. Tidak ada satu kapal pun yang
dibiarkan melanggar bila terjadi cuaca ombak tinggi.
"Kami
bertugas mengawasi dan memantau seluruh aktifitas di pelabuhan baik di
dermaga penumpang maupun dermaga untuk peti kemas, yang semua itu
dikelola oleh operator PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III," kata
Junaidi.
Dengan jumlah SDM yang
terbatas bila dibandingkan beban kerja, menurut Junaidi, tak surut
semangat personilnya untuk menjalankan kinerja yang sudah ditentukan.
"Kami berharap, bila sesuai dengan beban kerja yang ada, personil bisa ditambahkan minimal 16 orang lagi," tutur Junaidi.
Hal itu lantaran saat ini, rata-rata pekerjaan yang ada dikerjakan dengan beban dan tanggung jawab yang cukup besar.
Apalagi,
ke depannya, Kumai juga diharapkan bisa terus berkembang dan memenuhi
kebutuhan pelayaran masyarakat setempat khususnya dan masyarakat yang
ingin datang ke Kalteng untuk berwisata.
"Di
sini dua kali dalam setahun ada kapal layar asing yang datang untuk
berlibur dan menikmati keindahan alam Kalteng," kata Junaidi.
Pantai
pasir putih dan hutan dengan komunitas orang utan yang masih banyak
menjadi daerah wisata paling digemari. Banyak wisatawan baik domestik
maupun mancanegara yang sengaja datang untuk menikmatinya.
Bagi
yang akan datang ke Kumai menggunakan kapal laut, menurut Junaidi ada
beberapa alternatif yang bisa dipilih. Dari Semarang (Jawa Tengah),
Surabaya (Jawa Timur), atau Bawean.
Untuk
rute Kumai-Surabaya dan sebaliknya, terdapat kapal KM Lauser, KM Darma
Kencana, KM Kirana 3, KM Setya Kencana 3, KM Darma Kartika 3, KM Darma
3, dan KM Darma Ferry 2.
Sedangkan untuk rute Kumai-Semarang dan sebaliknya ada pilihan kapal KM Egon, KM Darma Kencana 2, dan KM Darma Ferry 8.
Pencapaian Pelabuhan Kumai
Berdasarkan
data dari laman Pelindo III, diuraikan bahwa realisasi arus kunjungan
kapal tahun 2014, mencapai 3.831 Unit dan 6.396.323 Grt, sedangkan
bila dibandingkan RKAP Tahun 2014 adalah sebesar 3.774 unit dan
6.090.343 dalam Grt. Untuk kunjungan kapal, tercapai dalam unit sebesar
102 persen, sementara untuk Grt mencapai 105 persen.
Kondisi
tersebut disebabkan, terjadinya peningkatan terutama pada kapal
Petikemas dan Kapal kargo, selain juga terjadi peningkatan pada angkutan
penumpang.
Realisasi arus barang
sampai dengan tahun 2014 dalam ton sebesar 4.215.465 Ton dari anggaran
tahun 2014 sebesar 3.719.029 Ton, 113 persen dari anggaran. Untuk satuan
M3 realisasi mencapai 1.465.697 M3 dari anggaran tahun 2014 sebesar
427.035 M3 atau tercapai 343 persen dari anggaran.
Hal
ini disebabkan meningkatnya arus barang dalam ton khususnya di TUKS PT.
Korintiga yaitu Wood chip (bahan baku pulp). Sedangkan dalam M3 Kayu
Log di TUKS Korintiga juga terjadi peningkatan.
Realisasi
arus peti kemas sampai dengan tahun 2014 sebesar 21.820 Boks dan
22.126 TEUs dari anggaran tahun 2014 sebesar 18.466 Boks dan 18.566 TEUs
atau tercapai 118 persen untuk boks dan 119 persen untuk Teus.
Pemicunya, banyak pengguna jasa yang sebelumnya menggunakan Kapal Cargo
beralih ke Petikemas.
Realisasi arus
penumpang sampai dengan tahun 2014 ini sebesar 268.510 orang dari
target yang ingin dicapai tahun 2014 sebesar 283.722 orang atau tercapai
sebesar 95 persen. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya
jadwal penerbangan yang semakin meningkat serta tiket pesawat yang
terjangkau di Kabupaten Kotawaringin Barat.
Sementara,
jumlah arus hewan sampai dengan akhir tahun 2014 sebanyak 2.878 ekor
dari rencana target sebesar 403 ekor atau meningkat 714
persen.Penyebabnya, kedatangan sapi dari Australia di Pelabuhan Kawasan
Bumiharjo yang sebelumnya tidak dianggarkan di Tahun 2014.
Rencana Masa Datang
Junaidi
menambahkan, untuk pengembangan Pelabuhan Kumai memang belum bisa
dipastikan kapan akan dilakukan, karena pertumbuhannya belum terlalu
besar dan siginifikan dan masih cukup bila dilihat dari kapasitas
dermaganya.
Namun, pihaknya optimis,
Kumai akan terus berkembang dan banyak dikunjungi seiring dengan
semakin dikembangkannya wilayah Kalteng dan keberadaan sektor pariwisata
yang terus ditingkatkan.
Kumai yang
sudah memiliki kapal patroli sejak tahun 1990an, saat ini menurut
Junaidi, pihaknya tengah mengajukan pembuatan kapal patrol baru yang
akan mengoptimalkan kinerja pelabuhannya.
“Diprediksi, kapal patrol akan selesai pada tahun 2016 dan bisa dioperasikan,” tutur Junaidi.
Menurut
Junaidi, pihaknya juga sangat bangga dengan seluruh personil yang telah
bekerja keras untuk membuat Pelabuhan Kumai makin berkualitas
pelayanannya dan terus memperbaiki segala kekurangan dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya. (pulo lasman simanjuntak)