Surabaya, eMaritim.com – Seiring
terus meningkatnya kebutuhan akan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk operasional
peralatan bongkar muat dan menjadi salah satu komponen biaya tinggi yang
dinilai tak lagi efisien. Pelindo III melakukan inovasi energi pada Terminal
Petikemas Surabaya (TPS) di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang dikelolanya,
dengan mengubah power supply dari alat bongkar muat, container crane, dari yang
semula menggunakan diesel genset on board menjadi electric middle voltage.
“Untuk menyuplai energi listrik pada inovasi
energi tersebut, Pelindo III menandatangai MoU dengan Perusahaan Listrik Negara
(PLN).Pelindo III diwakili oleh Dirut TPS Dothy dan Direktur Keuangan PLN Nur
Syamsiah di Surabaya, Selasa (23/8).
Dothy usai penandatangan, merasa optimis.
“Sinergi antar-BUMN Pelindo III dengan PLN ini sangat positif untuk mencapai
efisiensi penggunaan energi. Tidak hanya bagi Terminal Petikemas Surabaya, tapi
juga untuk industri logistik,” ujarnya.
Pada kesempatan terpisah, Manager Area PLN,
Ardiansyah, mengatakan bahwa pemasangan instalasi di TPS adalah yang tercepat,
yaitu semula ditargetkan selesai dalam 75 hari, namun dalam 14 hari sudah
selesai. “TPS akan dipasok 5.540 kVA untuk mengoperasikan container crane di
dermaga internasional dan domestik. Investasi yang dilakukan TPS untuk
menyiapkan gardu distribusi dan perlengkapannya mencapai Rp 60 miliar,”
terangnya.
Lebih lanjut Ardiansyah memaparkan, adanya
perubahan power supplay untuk container crane dari diesel on board menjadi
electric middle voltage yakni terjadi efisiensi biaya bahan bakar hingga 50%
dari sebelumnya. Menggunakan diesel genset on board yaitu dari sekitar 2,77
liter solar per boks (harga 1 liter solar industri diasumsikan Rp.
10.000,-) menjadi sekitar 8,50 kWH listrik per boks (harga listrik per
KWH sekitar Rp. 1.250,-).
Dothy pun membenarkan, penggunaan energi listrik
juga mendukung pelestarian lingkungan, karena dapat mengurangi emisi gas buang
(CO2 emission) dan mengurangi kebisingan. “Selain itu efisiensi juga didapat
dari berkurangnya frekuensi pemeliharaan pada container crane, sehingga
ketersediaan peralatan tersebut menjadi meningkat yang berujung pada
meningkatnya layanan bongkar muat kapal (level of service). Biaya penggantian
engine parts juga dapat ditekan,” jelasnya. (Rhp) (Foto: Ilustrasi)